Plurk Stat's

Monday, July 19, 2010

CIA MENUMPAS SIMBA DI KONGO

CIA mengambil peran besar dalam perang internal di Kongo.
Kelompok pemberontak Simba dihabisi.
Merasa perlu ikut terlibat Soviet menurunkan bantuan untuk melawan kekuatan CIA

Sepuluh tahun sejak merdeka dari Belgia pada tahun 1960, sejarah Kongo diisi dengan perang internal yang berakar pada masalah suksesi. Setiap orang tampak mempunyai ambisi dan terlibat di dalamnya. Mulai dari CIA hingga Che Guevara.

Pada mulanya, republik muda Kongo menghadapi tuntutan pengunduran diri salah satu propinsi terkayanya, Katanga. Hal ini terjadi pada masa pemerintahan Moise Tschombe yang mendeklarasikan kemerdekaan dan mengangkat diri sendiri sebagai presiden. Untuk keperluan ini, Moise Tschombe menggunakan tentara bayaran bertempur dan melatih pasukannya.

Pemerintah pusat Kongo sendiri kala itu sedang dalam keadaan gawat. Terjadi pertentangan hebat antara Presiden Joseph Kasavubu dan Perdana Menteri Patrice Lumumba. Akibat tekanan dari pihak Barat, Lumumba dipecat dari jabatannya sebagai perdana menteri karena dianggap terlalu berhaluan kiri. Yakni dekat dengan pemerintahan Moskwa dan Beijing. Ia ditahan, dan diserahkan ke Katanga. Kebetulan pula Tschombe sangat benci kepada Lumumba. Pemerintah Katanga selanjutnya melakukan "pekerjaan kotor" untuk menghabisi Lumumba.

Intervensi PBB

PBB atau UN (United Nation) segera melakukan intervensi. Dalam perkara ini dikerahkan pesawat tempur Saab J-29 Tunnan dari Swedia dan pesawat pengebom Canberra dari India. Pemberontakan di Katanga berakhir tahun 1963. Moise Tschombe selanjutnya mengasingkan diri.

Tetapi, ini bukanlah akhir dari cerita masalah di Kongo. Tidak berapa lama kemudian Katanga bergabung lagi dengan Republik Kongo dan pemberontakan muncul di propinsi lainnya. Pada awal tahun 1964, mantan Menteri Pendidikan Pierre Mulele yang pernah belajar di Eropa Timur memulai penarikan diri Propinsi Kwilu di bagian barat daya.

Mulele dan sebagian besar pengikutnya menganut paham animisme. Mereka percaya pada ucapan dukun dan hal-hal ghaib. Salah satu ucapan dukun yang dipercayai adalah mengenai Mulele Water. Mulele Water adalah semacam air yang telah "diberkati" oleh Mulele. Dukun mengatakan, barang siapa pengikut Mulele meminum cairan ini akan membuatnya kebal terhadap tembakan peluru. Hal ini jelas menyebabkan kepercayaan diri pengikut Mulele tumbuh tak terbendung. Mereka ibarat singa yang siap menerkam mangsa-mangsanya. Mereka menyebut dirinya Simba yang berarti singa dalam bahasa Swahili.

Para Simba punya jiwa yang sangat fanatis. Salah satu yang menjadi kegeraman mereka adalah kondisi negara Kongo yang di mata mereka sudah sangat tidak teratur. Korupsi merebak dan merajalela. Para Simba segera melakukan perlawanan. Mereka menyerang tentara negara dan memenangkan pertempuran lokal. Buah dari pertempuran ini para Sim ba menguasai 21 kota besar.

Para pemberontak Simba meluaskan wilayah ke Kongo Timur dan terus melakukan pembantaian. Mereka menyerang orang-orang Eropa atau semua orang yan dianggap memiliki intelektual dan pro Barat. Simba makin merangsek. Kotapen ting Stanleyville berhasil direbut. Semua warga dijadikan tawanan termasuk staf konsulat AS.

Kesulitan

Pemerintah pusat Kongo begitu kesulitan menghadapi ulah para pemberani Simba. Moise Tschombe ditarik kembali dari pengasingan dan diberi jabatan sebagi perdana menteri. Tschombe segera mengontak para pembunuh bayaran yang ia rekrut untuk operasi di Katanga. Komando-komando tentara bayaran segera ia bentuk, salah satunya Komando No.5 berbahasa Inggris .Komando ini dipimpin Mike "Mad Mike" Hoare. Lalu ada dua komando Berbahasa Prancis, yaitu Komando No 6 dibawah pimpinan Bob Denard dan Komando No. 10 dibawah pimpinan Jean Schramme dan Belgia. ,

Satu yang menjadi masalah besar adalah mengenai angkatan udara. AU Kongo (Forces Aeriennes Congolaises/FAC) ini dapat dikatakan hanya eksis di atas kertas. FAC memiliki beberapa pesawat T-6 Harvard dari tetapi tidak punya pilot untuk menerbangkannya. Dalam kasus di Kongo dengan ClA segera terlibat. Dapat dimengerti, Kongo merupakan negara besar dan kaya akan berbagai deposit mineral. , masa puncak Perang Dingin ini ngton bertekad membantu pemerintah Kongo dengan berbagai cara. Salah satunya melalui pembentukan angkatan udara dengan kemampuan serang darat.

Penyerangan udara pertama dilakukan menggunakan pesawat Harvard yang diter¬bangkan para tentara bayaran. Dukungan kekuatan udara juga diberikan oleh beberapa pesawat T-28 Trojan yang dipersenjatai. Pesawat-pesawat ini juga diterbangkan oleh para tentara bayaran. Selain mempekerjakan tentara bayaran, Kongo juga menyewa para penasehat militer dari Belgia. Mereka sekaligus bertugas menerbangkan pesawat Dakota dan beberapa unit helikopter.

Permintaan CIA

Untuk kebutuhan grup pesawat tempur, CIA meminta grup pilot yang dapat dipercaya. Salah satu yang dipercaya adalah kelompok pilot tempur yang pernah dibayar CIA untuk menyerang pemerintahan Fidel Castro di Kuba. Kebanyakan dari pilot ini adalah bekas pilot pesawat pengebom B-26 Invader yang sudah lama menganggur. Sebagian diantara mereka malah hanya luntang-lantung tidak karuan. Kontan saja ketika CIA menawari mereka untuk bertempur lagi. Tanpa pikir panjang tawaran segera disambar. Sebanyak 20-25 pilot dibayar untuk tugas ini. Mereka terbang menggunakan T-28 dan bertempur melawan para Simba. Kehebatan para veteran bayaran ini rupanya terbukti. Tidak berapa lama kemudian Simba benar-benar keteter. Para pemberontak Simba tidak kuat melawan para pasukan pilot bayaran yang dibantu oleh tentara nasional Kongo.

Soviet ikut campur

Melihat kenyataan yang tidak menguntungkan, Soviet merasa tidak tega. Dikerahkanlah alutsista yang besar guna membantu kelompok Simba. Bantuan juga datang dari negara-negara Afrika seperti Aljazair, Ghana, Mesir dan dari negara-negara Arab. Kekuatan Simba yang tadinya sudah keteter, akhirnya menjadi besar. Akibatnya dapat ditebak, CIA harus mengimbangi kekuatan ini dengan kekuatan tempur yang lebih besar dari T-28.

Pilihan CIA jatuh pada B-26 Invader. Pertama karena pesawat ini sudah siap di jajaran USAF. Kedua, pesawat ini punya kemampuan membawa senjata besar dan daya jelajah yang jauh. Ketiga, karena pesawat ini pernah digunakan dalam Operasi Babi di Kuba. Dengan demikian proses latihan pilot tidak akan memakan waktu yang lama.

Namun, CIA ternyata menghadapi masalah lain. Stok pesawat B-26 di Clark Field, Filipina (tempat dimana Invader AUREV dipersiapkan) saat itu kondisinya sudah menua. Beberapa pesawat yang lain kondisinya malah telah memburuk. Dari empat pesawat yang disiapkan dan dikirim untuk digunakan di Kongo, hanya dua yang sampai ke tujuan.

Menyadari kondisi ini AS segera menyiapkan Invader yang lebih powerful, yakni B-26K. Pesawat ini sejatinya disiapkan untuk operasi di Asia Tenggara. Namun karena keadaan di Kongo lebih urgen, pesawat ini diterbangkan langsung dari pabrik On Mark, di California. Dalam perjalanan menuju Kongo, B-26K dikawal pesawat C-130 Hercules dari AU AS yang membawa para mekanik dan suku cadang pesawat.

Dalam melakukan operasi terselubung di Kongo, CIA menggunakan perusahan samaran bernama Anstalt Wigmo. Yakni sebuah perusahaan kecil di wilayah Liechtensterin. Perusahaan ini melakukan kontrak dengan FAC. Semua persenjataan hingga mekanik dan kendaraan lapis baja dibeli melalui Anstalt Wigmo.

Tanpa bom

B-26K dengan pilot-pilot Kuba memulai operasi di Kongo pada akhir Agustus 1964. Demi alasan politik, AS memutuskan tidak menggunakan bom terlebih bom napalm. Akan tetapi hanya menggunakan senapan mesin dan roket. Belgia turut mengirim pasukan militer guna membantu Kongo. Dalam misi ini Belgia membantu ANC (Armee Nationale Congolaise). Diantara para penasehat Belgia adalah personel dari angkatan udara. Mereka adalah personel yang mengerti operasi udara dan mampu, memberikan koordinat arah tembakan untuk Invader dan Trojan Kongo. Akibatnya, seringkah wilayah yang dikuasai para Simba berubah menjadi ajang tembak bebas dimana para pilot Kongo berhasil menembak semua sasaran yang terlihat.

Di wilayah Kongo yang luas, kereta api merupakan salah satu target empuk untuk dihancurkan. Namun para pilot telah diinstruksikan tidak menembak jalur kereta yang telah dikuasai Simba, karena bisa berakibat fatal bagi kepentingan ANC sendiri.

Suatu kali sebuah B-26K menyerang jalur jalan truk Simba. Pada saat itu para Simba tidak melakukan perlindungan udara terhadap kawanan truknya. Salah satu sebabnya tidak lain akibat kepercayaan magis mengenai Mulele Water yang dapat menyebabkan pasukan Simba kebal terhadap tembakan.

Jelas saja kawanan Simba bertumbang¬an ditembaki Invader. Cairan sialan itu sedikit pun tidak menyebabkan mereka kebal terhadap tembakan. Setelah beberapa kali ditembak Invader dan banyak korban berjatuhan, kepercayaan Simba terhadap kesaktian tahyul pun luntur

Naga Merah

Sejak Oktober 1964 ANC dengan bantuan komando tentara bayaran asing dan FAC mulai berhasil mengambil alih kontrol wilayah yang sebelumnya diduduki Simba. Untuk menyelamatkan para tawanan di kota Stanleyville, pasukan parakomando Belgia melakukan penerjunan dari pesawat Hercules AU AS. Operasi ini bersandi Operation Dragon Rouge atau Operasi Naga Merah [Red Dragon) dan dilaksanakan pada 24 November 1964. Operasi berhasil menyelamatkan beberapa tawanan

Dua hari kemudian pasukan Parakomando Belgia menggelar operasi serupa bernama Operation Dragon Noir atau Operasi Naga Hitam [Operation Black Dragon]. Operasi ini diadakan di kota Paulis. Dalam dua operasi ini pasukan parakomando ini menerima penguatan alutsista pesawat dari Belgia.

Setelah Operasi Naga, hampir semua pasukan Belgia kembali ke negaranya. Selebihnya tugas penuntasan pemberantasan Simba dilakukan oleh pasukan komando tentara bayaran. Dua B-26K tambahan diterbangkan ke Kongo tahun 1965. Pada Oktober 1965 semua wilayah yang dikuasai Simba berhasil direbut oleh ANC dengan bantuan tentara bayaran. Meski demikian operasi tetap dilaksanakan sampai Oktober 1966 dengan dukungan pesawat B-26K dan T-28. Setelah itu B-26K ditarik dan disisakan T-28 yang memang diserahkan kepada FAC

Berbalik

Cerita belum usai. Dalam operasi penumpasan Simba, bermacam grup tentara bayaran tumbuh sangat kuat. Ketika pemerintah pusat Kongo membubarkan para tentara bayaran, banyak dari mereka yang memberontak dan balik berperang melawan ANC. Sekali lagi senjata makan tuan, T-28 yang sebelumnya digunakan untuk mendukung tentara bayaran, sebaliknya kini digunakan untuk melawan mereka.

Para tentara bayaran yang tersisa melanjutkan pertempuran di Kongo Timur dan terakhir berperang di kota Bukavu. Setelah itu mereka menyeberang ke Rwanda. Anstalt Wigmo meneruskan operasinya di Kongo hingga tahun 1969 tetapi mereka hanya mengurus penerbangan kargo. B-26K yang digunakan di Kongo selanjutnya digunakan sebagai pesawat COIN (Counter Insurgency) di Asia Tenggara.

Repost From: edisi koleksi angkasa -Dirty War-

No comments:

Post a Comment