Plurk Stat's

Thursday, July 15, 2010

Pertempuran di Kepulauan Solomon

Setelah kekalahan Jepang pada perang Midway, armada kapal induk Jepang sebagai kesatuan yang utuh sudah tidak ada lagi karena Jepang mesti menunggu industrinya untuk membuat kapal-kapal baru dan pesawat-pesawat baru. Namun yang lebih penting adalah pembuatan pilot-pilot baru yang handal karena pada pertempuran sebelumnya Jepang kehilangan banyak pilot-pilot handal dan berpengalaman.

Yamamoto melancarkan sebuah strategi untuk memutuskan lalu lintas laut antara Australia dan Amerika dengan cara merebut kepulauan Solomon yakni dengan cara merebut pulau dan membuat lapangan terbang.

Upaya Jepang untuk merebut Port Moresby yang gagal sebelumnya dalam peperangan Laut Karang terus diupayakan bahkan ketika Laksamana Inouye digantikan dengan Laksamana G. Mikawa. Setelah gagal melalui laut maka diupayakan invasi melalui darat. Namun sulitnya medan darat membuat jalur komunikasi dan perbekalan sulit dipelihara sehingga pasukan Mikawa sering dipukul mundur oleh pasukan Jenderal Douglas MacArthur. Maka itu dilaksanakanlah strategi merebut kepulauan Solomon.

Jepang yang melakukan pendudukan di pulau Tulagi, Solomon pada Mei 1942 segera membuat lapangan terbang tanpa diketahui oleh pihak sekutu. Pulau Guadalcanal direbut pada Juli 1942, Jepang akan terus merebut pulau demi pulau sampai mendekati pulau New Caledonia dan Estafe yang merupakan pangkalan udara sekutu. Sekutu akhirnya menyadari akan kehadiran Jepang di Solomon melalui pesawat pengintainya. Hal ini membuat kaget Laksamana Ernest King, pimpinan armada AS, maka diadakanlah sebuah operasi untuk merebut kembali pulau yang direbut Jepang di Solomon.

Pendaratan Amerika di Guadalcanal

Pada 7 Agustus 1942 didaratkanlah 11.000 marinir AS di Guadalcanal pada malam hari di tempat yang tidak diduga Jepang dan tanpa bisa dicegah oleh Jepang. Pasukan Jepang dan marinir AS berperang dengan sama-sama ulet dan merupakan pertempuran dalam hutan dalam perang pasifik untuk pertama kalinya. Pasukan Jepang di Guadalcanal kalah jumlah dan persenjataan memilih mundur.

Disaat 11.000 marinir mendarat di Guadalcanal, pulau Tulagi juga didaratkan pasukan Amerika dan sama halnya di Guadalcanal kedua pasukan berperang dengan ulet. Tapi berbeda dengan Guadalcanal, di Tulagi ini pasukan Jepang berperang sampai titik darah penghabisan.

Laksamana Mikawa yang mendengar pendaratan pasukan Amerika segera memanggil kapal-kapal penjelajahnya (Cruiser) untuk ke Rabaul. Dari Rabaul ini berlayarlah armada Jepang yang terdiri dari tujuh Cruiser dan satu Destroyer. Pada tanggal 8 Agustus 1942 jam 18.40 kapal-kapal Jepang itu tiba di sebelah utara pulau Guadalcanal dan akan dimulai pertempuran malam menyerang markas musuhnya di pulau Savo.

Pertempuran pertama

Cuaca buruk dan malam yang gelap pada saat itu adalah hal yang menggembirakan bagi Mikawa karena Jepang telah sering mengadakan latihan dalam kondisi serupa di laut Pasifik Utara dan memakan korban jiwa yang banyak. Setelah melakukan persiapan, Mikawa memerintahkan penyerangan pada tanggal 9 Agustus pada jam 01.33.

Bagaimana dengan pasukan Amerika? Waktu itu para laksamana dan para awaknya sedang tidur lelap dan hanya sebuah kapal yang mengirimkan pesan bahaya ke markas. Namun semua itu telah terlambat karena disaat yang bersamaan kapal-kapal Jepang telah melakukan tembakan ke kapal-kapal Amerika. Pihak Amerika yang kaget dengan serangan ini terbangun dengan penuh kepanikan dan kalang kabut hendak melakukan serangan balasan tapi karena cuaca yang gelap pihak Amerika tidak bisa membedakan kapal kawan dan kapal lawan.

Pada jam 02.40 Mikawa mundur dari medan pertempuran dengan memberikan kerusakan kepada pihak Amerika dan Sekutu: sebuah kapal Cruiser Canberra dari Australia, tiga kapal HeavyCruiser dari pihak Amerika dan ditambah 1000 jiwa. Pertempuran pertama kepulauan Solomon telah berakhir.

Kekalahan Amerika ini dikarenakan: Kurangnya semangat bertempur dari pihak Amerika dan kesalahan dari Laksdya Fletcher yang terburu-buru menarik armada kapal induknya dari Solomon dikarenakan ketakutan akan kehilangan kapal induknya (Fletcher kehilangan 2 kapal induk di Laut Karang dan Midway) dan bahkan Fletcher mundur dari Savo-Guadalcanal tanpa berunding dengan laksamana yang ada disana. Sejak saat itu Fletcher (walau memenangkan pertempuran Laut Karang dan Midway) dicopot jabatannya dan tidak lagi mendapat tugas penting lagi dan dikirim ke medan Pasifik Utara (Attu - Kiska) yang tidak lain adalah daerah buangan karena tidak ada kesempatan untuk menorehkan kejayaan.

Pertempuran Ke-2, ke-3, dan ke-4

Pertempuran kedua terjadi di sebelah timur kepulauan Solomon pada akhir Agustus. Niat Jepang untuk mendaratkan 1.500 pasukannya digagalkan. Pertempuran ketiga terjadi pada awal Oktober 1942 di tanjung Esperance dan Jepang berhasil mendaratkan pasukannya. Pertempuran keempat terjadi di kepulauan Santa Cruz pada akhir Oktober 1942 dimana Laksamana Nobutake Kondo menyerang diterima oleh Laksaman Halsey dengan mengirim kapal induk Hornet dan Enterprise. Walau di pertempuran keempat ini Hornet dikaramkan tetapi Jepang telah kehilangan 100 pilot-pilot handal dan pesawatnya. Dalam perekrutan dan pelatihan pilot ternyata Amerika jauh lebih unggul dan cepat daripada Jepang.

Sementara itu para marinir yang menjaga Guadalcanal di bombardir oleh Laksamana Kurita yang pernah bertempur melawan Hindia Belanda tanpa belas kasihan dengan Battleshipnya.. Jepang juga berhasil menambah pasukannya menjadi 22.000 jadi hampir seimbang dengan jumlah marinir Amerika 23.000. Tapi karena pasukan Jepang lebih segar maka pihak yang unggul berada di Jepang.

Pertempuran-pertempuran sebelumnya merupakan pertempuran yang tidak menentukan di kepulauan Solomon, namun pertempuran kelima yang terjadi pada tanggal 12 - 15 November ini merupakan pertempuran yang menentukan posisi Jepang di kepulauan Solomon ini.

Pertempuran Kelima -pertempuran penentuan-

Setelah kegagalan dalam merebut lapangan terbang di Guadalcanal pada bulan Oktober, Jepang berencana menghancurkan lapangan terbang tersebut sebelum didaratkan pasukan yang bertempat di Rabaul. Jepang mengirimkan kapal-kapal Destroyer dan Cruiser hampir setiap malam.

Pihak Amerika yang menerima kabar ini pada tanggal 12 November berencana mempertahankan dengan mati-matian dibawah komando Laksda Daniel C. Callaghan agar lapangan terbangnya tidak dihancurkan dengan bombardir kapal-kapal Jepang.

Pada tanggal 13 November, kedua pihak saling berpapasan dan terjadi pertempuran malam yang sangat kacau. Amerika kehilangan 2 kapal Cruiser dan 4 Destroyer sedangkan kapal-kapal yang lain rusak. Laksda Callaghan gugur dalam pertempuran ini. Di pihak Jepang, Battleship Hiei yang dibuat di Inggris (ketika Jepang tidak bisa membuat kapal besar sendiri) karam beserta 2 Destroyer.

Terlihat kerugian ada di pihak Amerika, namun pengeboman berhasil dicegah yang sangat bermanfaat karena pesawat udara yang ada disana akan menghancurkan kapal-kapal transpor Jepang dua hari kemudian.

Dua malam kemudian, pertempuran kembali terjadi. Battleship dari Amerika, South Dakota dan Washington, dibawah komando Laksda Wills A. Lee turut hadir ditambah kapal induk Enterprise dari Laksamana Halsey. Di pihak Jepang turut hadir Battleship Kirishima.

Medan pertempuran terjadi di sebelah utara pulau Savo. Suara-suara meriam masing-masing kapal menggelegar hebat. Kirishima mengalami kerusakan hebat sehingga ditinggalkan awaknya. Tiga Destroyer Amerika dan sebuah Destroyer Jepang turut tenggelam. South Dakota juga mengalami kerusakan tetapi bisa mundur dengan selamat.

Setelah ini Jepang tidak lagi bisa memperkuat garnisunnya di Guadalcanal. Semua kapal transpornya ditenggelamkan dan dua battleshipnya. Jepang hanya berani mengirimkan supply ke Guadalcanal dengan kapal Destroyer pada malam hari yang muatannya tentu tidak banyak. Jelas disini terlihat Jepang telah kalah dalam pertempuran di Guadalcanal-Solomon.

Pertempuran Keenam

Namun pada minggu kedua November 1942, terjadi lagi pertempuran keenam dibawah komando Laksda Raizo Tanaka yang memajukan 2 kapal Destroyer melawan 5 kapal Cruiser dan 6 Destroyer Amerika. Sebuah Cruiser Amerika dikaramkan sedangkan di pihak Jepang sebuah Destroyer tenggelam. Kemenangan Tanaka ini menerbitkan pujian dari pihak Amerika tetapi kemenangan ini sudah tidak lagi memutuskan jalur pertempuran Solomon secara keseluruhan karena Jepang telah kalah.

Akhir

Dalam Februari 1943 ketika perhatian Amerika tertuju pada medan tempur lain, Jepang melakukan evakuasi sebanyak 12.000 pasukannya yang menderita kelaparan dan sakit Malaria dari Guadalcanal. Evakuasi ini tidak diketahui oleh Amerika dan mendapatkan pujian dari Nimitz.

Dari 60.000 tentara dan marinir Amerika yang bertempur di Guadalcanal, hampir 1.600 tewas. Dari pihak armada 2.000 orang. Namun di pihak Jepang mencapai 24.000 orang, dan pasukan Jepang yang tertawan (pertama kali) 1.000 orang.

Kerugian perkapalan Jepang 134.839 ton dan Amerika 126.240 ton. Dimana Jepang kehilangan: 1 kapal induk ringan, 3 HeavyCruiser, 1 LightCruiser, 11 Destroyer, dan 6 Kapal Selam. Di pihak Amerika kehilangan: 2 kapal induk berat, 6 HeavyCruiser, 2 LightCruiser, dan 14 Destroyer.

Saat ini kepulauan Solomon yang sudah damai terutama di laut sekitar pulau Savo dinamakan Ironbottom Sound karena disanalah puluhan kapal Jepang dan Amerika karam beserta ribuan awaknya tewas tenggelam. Dan kapal Amerika yang melewati sana akan bermanuver berbelok-belok seperti huruf "S" sebagai penghormatan. "S" dari kata "Salute".

Repost From: http://www.indowebster.web.id/showthread.php?t=32362&page=2

No comments:

Post a Comment